Pasangan GBP/USD melejit hampir 0.6 % ke 1.3108 pada pertengahan session Eropa hari Senin ini 1/4, sesudah data Purchasing Managers’ Index PMI diterbitkan.
Sterling pula kuat 0.75 % ke 145.50 vs Yen, sedangkan pasangan EUR/GBP turun 0.35 % ke posisi 0.8566. Launching data PMI Manufaktur Inggris kesempatan ini memberi angin fresh untuk sesaat di dalam selalu berlanjutnya ketegangan Brexit.
Di hari Jumat lantas, Perdana Menteri Theresa May kembali tidak berhasil memperoleh kesepakatan parlemen buat draft persetujuan Brexit yang diajukannya.
Dalam voting ke-3 atas draft itu, PM May memperoleh suport dari semakin banyak anggota parlemen Inggris dibanding 2 kali voting awal mulanya, tapi masih tetap jauh dari pencapaian kesepakatan sebagian besar.
Ini berarti, Inggris kembali lagi terancam akan alami No-Deal Brexit dalam dua minggu ke depan. Hal tersebut menyebabkan GBP/USD sudah sempat ambruk ke bawah ujung 1.3000 untuk ke-2 kalinya dalam satu bulan paling akhir.
Sesuai persetujuan dengan Uni Eropa awal mulanya, Inggris masih tetap mempunyai waktu sampai tanggal 12 April akan datang untuk akan memutuskan apa akan keluar dari Uni Eropa tanpa ada persetujuan apa pun No-Deal Brexit, atau tunda Brexit sampai jauh sesudah pemilu parlemen Eropa.
PM May diberitakan tengah merayu parlemen supaya membuat voting ke empat atas draft yang diajukannya, tapi aktor pasar pesimis tentang prospeknya memperoleh keyakinan sebagian besar.
Sesaat menantikan perubahan selanjutnya tentang Brexit, aktor pasar dikagetkan oleh laporan dari Markit/CIPS yang mengatakan jika indeks PMI Manufaktur Inggris melesat mencolok dari 52.1 jadi 55.1 untuk periode Maret 2019.
Ini adalah perolehan terbaik dalam 13 bulan paling akhir, hingga menggerakkan penguatan Poundsterling pada mata uang mayor yang lain dengan hampir serempak.
Walau begitu, penguatan Poundsterling masih tetap dibatasi oleh ketidakpastian Brexit. Seperti diutarakan oleh David Cheetam dari broker XTB UK dalam catatannya sore hari ini, kenaikan PMI Manufaktur Inggris bulan Maret 2019 terpenting karena ramainya penumpukan persediaan yang dikerjakan oleh beberapa perusahaan mendekati deadline brexit.
Oleh karenanya, lonjakan di bidang manufaktur ini peluang akan tidak tahan lama, serta penguatan Sterling juga masih tetap dipastikan oleh perubahan Brexit setelah itu.
