Pair mata uang USD/JPY pada sesi Asia untuk hari Jumat (11/2/2022) bergerak sangat kuat di area resisten hariannya dengan pergrakan pembukaan yang sama dengan penutupan di sesi sebelumnya.
Mata uang Yen Jepang sendiri pada sesi AS telah anjlok hingga ke posisi paling terendah sejak tanggal 4 Januari 2022 lalu dan masih berpotensi terus berlanjut di tengah hari liburnya pasar keuangan di Jepang dan kuatnya permintaan mata uang safe haven.
Yen Jepang Merugi, USD/JPY makin meroket
Mata uang Yen Jepang memperpanjang kerugiannya setelah rilisnya data inflasi dari AS yang ternyata lebih tinggi dari apa telah perkiraan berhasil mengangkat posisi mata uang dolar AS lebih tinggi. Imbal hasil JGB untuk bertenor 10-tahun Jepang jadi melonjak ke level tertinggi dalam 6-tahun sebesar 0,24%, karena banyak permintaan surat utang dari pemerintah domestik mengalami penurunan di tengah prospek jumlah suku bunga yang lebih tinggi di AS.
Tingginya dari nilai imbal hasil telah mendorong pihak Bank of Japan untuk menyatakan akan membeli JGB jangka 10-tahun dalam jumlah yang tidak terbatas pada 0,25 persen dalam upaya untuk menjaga nilai imbal hasil di bawah batas atas kontrol kurva imbal hasil dari bank.
Sementara itu, seorang anggota dewan Bank of Japan , yaitu Toyoaki Nakamura, telah menegaskan sebelumnya bahwa pihak BOJ atau Bank of Japan akan mempertahankan sejumlah keputusan terkait kebijakan moneter ultra-longgar untuk mendukung proses pemulihan ekonomi dan mencapai target inflasi di 2 persen.
Pernyataannya cukup setuju dengan beberapa komentar sebelumnya dari pembuat kebijakan yang lainnya, setelah menyoroti salah satu posisi paling dovish di antara pihak bank sentral utama.
Dia juga mengatakan bahwa tingkat ekonomi Jepang akan mendapat sejumlah manfaat dari pergerakan mata uang yang bergerak lebih stabil dalam kisaran saat ini sekitar harga 113-115 yen, dengan suatu alasan utama kemudahan dalam membuat keputusan bisnis bagi sebuah perusahaan.
Indeks untuk mata uang dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS, termasuk USD/JPY, terhadap banyak mata uang rival utama lainnya di pasar uang Asia berhais bergerak menguat terhadap sebagian besar rival utamanya setelah mampu untuk rebound pasca merespon laporan data inflasi dari AS pada bulan Januari naik lebih dari yang telah diharapkan, meningkatkan sejumlah ekspektasi bahwa pihak the Fed akan menaikkan jumlah suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Maret nanti .