Beranda Analisa Forex Analisa Forex Fundamental Asumsi Nilai Tukar Rupiah Akan Direvisi

Asumsi Nilai Tukar Rupiah Akan Direvisi

522
0
BERBAGI

Kurs Rupiah semakin naik sebesar 0.18 % ke Rp 15,150 terhadap Dolar AS memasuki perdagangan hari ini Rabu 17/Oktober.

 

Surat keterangan sah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate ikut memperlihatkan penguatan dalam dua hari berturut-turut dari Rp 15,246 perdagangan Senin ke posisi Rp 15,178 pagi. Meski begitu, pemerintah membuat revisi penurunan perkiraan nilai tukar Rupiah dalam gagasan aturan tahun 2019.

 

Kurs Rupiah pada Dolar AS sudah terjerumus ke lebih dari Rp15,000-an semenjak awal bulan Oktober 2018, sampai menimbulkan beberapa spekulasi mengenai kembalinya masa krisis ekonomi.

 

Beberapa pihak memberikan keyakinan jika keadaan fundamental ekonomi sekarang ini telah lebih baik dibanding masa krisis 97/98 yang menggemparkan.

 

Akan tetapi, hal tersebut nampaknya tidak mmebuat niali tukar rupiah akan kuat kembali pada posisi Rp 13,500 an yang berada di perdagangan awal tahun 2018.

 

Pemerintahserta DPR setuju untuk mengubah prediksi kurs Rupiah pada RAPBN 2019 dari Rp 14,400 ke Rp15,000 per Dolar AS. Searah dengan pergantian itu, di setujui juga untuk menggeser beberapa asumsi makroekonomi yang lain.

 

Diantaranya perkiraan perkembangan ekonomi jadi 5.3 %, tingkat inflasi jadi 3.5 %, serta harga minyak mentah berada di posisi USD70 per barel.

 

Sri Mulyani menuturkan jika beberapa instansi keuangan sudah mengestimasikan jika kurs Rupiah tetap akan ada di posisi Rp 15,000 tahun kedepan. Dengan begitu, cukup beralasan untuk membuat revisi berbagai asumsi makroekonomi dalam RAPBN.

 

Kondisi depresiasi Rupiah sebesar 1 % akan mengakibatkan inflasi sebesar 0.03 %. Dengan pergantian prediksi kurs dari Rp 14,400 ke Rp 15,000, jadi inflasi diproyeksikan bergerak naik dari 3.49 % ke 3.56 %.

 

Ini masih juga dalam sebesar sasaran kami, demikian diuraikan oleh figur yang barusan didapuk jadi menteri keuangan tertinggi khusus Asia Pasifik dari keuangan FinanceAsia ini. Selanjutnya, Sri Mulyani mengutarakan jika depresiasi rupiah sampai 12 % diekspektasikan bisa menggerakkan export.

 

Namun, perform export Indonesia masih tetap melawan beberapa rintangan, termasuk juga problema industri manufaktur domestik serta perang dagang di luar negeri. Oleh karena itu, perkembangan export tahun kedepan diprediksikan takkan lebih dari 7 %, tetapi berada di 6.28 %.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.